TEORI PERTUMBUHAN EKONOMI
0 Comments Published by Villa Suite Home on Selasa, 06 September 2011 at 17.13.I.DEFINISI PERTUMBUHAN EKONOMI
Pertumbuhan ekonomi adalah proses dimana terjadi kenaikan produk nasional bruto riil atau pendapatan nasional riil. Jadi perekonomian dikatakan tumbuh atau berkembang bila terjadi pertumbuhan outputriil. Definisi pertumbuhan ekonomi yang lain adalah bahwa pertumbuhan ekonomi terjadi bila ada kenaikan output perkapita. Pertumbuhan ekonomi menggambarkan kenaikan taraf hidup diukur dengan output riil per orang.
II.PERTUMBUHAN EKONOMI DAN KENAIKAN PRODUKTIVITAS
Sementara negara-negara miskin berpenduduk padat dan banyak hidup pada taraf batas hidup dan mengalami kesulitan menaikkannya, beberapa negara maju seperti Amerika Serikat dan Kanada, negara-negara Eropa Barat, Australia, Selandia Baru, dan Jepang menikmati taraf hidup tinggi dan terus bertambah.Pertambahan penduduk berarti pertambahan tenaga kerja serta berlakunya hukum Pertambahan Hasil yang Berkurang mengakibatkan kenaikan output semakin kecil, penurunan produk rata-rata serta penurunan taraf hidup. Sebaliknya kenaikan jumlah barang-barang kapital, kemajuan teknologi, serta kenaikan kualitas dan keterampilan tenaga kerja cenderung mengimbangi berlakunya hukum Pertambahan Hasil yang Berkurang. Penyebab rendahnya pendapatan di negara-negara sedang berkembang adalah berlakunya hukum penambahan hasil yang semakin berkurang akibat pertambahan penduduk sangat cepat, sementara tak ada kekuatan yang mendorong pertumbuhan ekonomi berupa pertambahan kuantitas dan kualitas sumber alam, kapital, dan kemajuan teknologi.
III.PERMINTAAN AGREGRATIF DAN PERTUMBUHAN EKONOMI
Pada gambar ini dianggap bahwa tingkat PNN kesempatan kerja penuh pada thaun 1998 A sebesar 26 trilyun rupiah dan skedul permintaan agregratifnya adalah C+I+C1 hingga tingkat PNN kesempatan kerja penuh dapat dicapai karena sama dengan tingkat pendapatan keseimbangannya.Misalkan terjadi pertumbuhan kapasitas produksi akibat adanya pertambahan sumber-sumber pertumbuhan ekonommi hingga tingkat PNN kesempatan kerja penuh pada tahun berikutnya yaitu pada tahun 1998 B menjadi 27 trilyun rupiah atau kenaikan sebesar kira-kira 4% dalam output riil.Agar potensi produksi total dapat direalisasikan maka permintaan agregratif harus naik dengan laju pertumbuhan yang cukup untuk memelihara tingkat kesempatan kerja penuh.Karenanya permintaan agregratif harus bergeser keatas menjadi C+I+C2. Bila tidak atau naik secara lebih kecil maka kenaikan kapasitas produksi tak dapat direalisasikan dan dimanfaatkan.Gambar ini menunjukkan aspek penciptaan pendapatan oleh komponen pengeluaran investasi neto.
IV.TEORI DAN MODEL PERTUMBUHAN EKONOMI
Dalam zaman ahli ekonomi klasik, seperti Adam Smith dalam buku karangannya yang berjudul An Inguiry into the Nature and Causes of the Wealt Nations, menganalisis sebab berlakunya pertumbuhan ekonomidan factor yang menentukan pertumbuhan ekonomi. Setelah Adam Smith, beberapa ahli ekonomi klasik lainnya seperti Ricardo, Malthus, Stuart Mill, juga membahas masalah perkembangan ekonomi .
A.Teori Inovasi Schum Peter
Pada teori ini menekankan pada faktor inovasi enterpreneur sebagai motor penggerak pertumbuhan ekonomi kapitalilstik.Dinamika persaingan akan mendorong hal ini.
B.Model Pertumbuhan Harrot-Domar
Teori ini menekankan konsep tingkat pertumbuhan natural.Selain kuantitas faktor produksi tenaga kerja diperhitungkan juga kenaikan efisiensi karena pendidikan dan latihan.Model ini dapat menentukan berapa besarnya tabungan atau investasi yang diperlukan untuk memelihar tingkat laju pertumbuhan ekonomi natural yaitu angka laju pertumbuhan ekonomi natural dikalikan dengan nisbah kapital-output.
C.Model Input-Output Leontief.
Model ini merupakan gambaran menyeluruh tentang aliran dan hubungan antarindustri. Dengan menggunakan tabel ini maka perencanaan pertumbuhan ekonomi dapat dilakukan secara konsisten karena dapat diketahui gambaran hubungan aliran input-output antarindustri. Hubungan tersebut diukur dengan koefisien input-output dan dalam jangka pendek/menengah dianggap konstan tak berubah .
D.Model Pertumbuhan Lewis
Model ini merupakan model yang khusus menerangkan kasus negar sedang berkembang banyak(padat)penduduknya.Tekanannya adalah pada perpindahan kelebihan penduduk disektor pertanian ke sektor modern kapitalis industri yang dibiayai dari surplus keuntungan.
E.Model Pertumbuhan Ekonomi Rostow
Model ini menekankan tinjauannya pada sejarah tahp-tahap pertumbuhan ekonomi serta ciri dan syarat masing-masing. Tahap-tahap tersebut adalah tahap masyarakat tradisional, tahap prasyarat lepas landas, tahap lepas landas, ahap gerakan ke arah kedewasaan, dan akhirnya tahap konsimsi tinggi.
V.NEGARA BERKEMBANG DAN FAKTOR PERTUMBUHANNYA
A.Ciri-ciri negara sedang berkembang
1. Tingkat pendapatan rendah,sekitar US$300 perkapita per tahun.
2. Jumlah penduduknya banyak dan padat perkilo meter perseginya.
3. Tingkat pendidikan rakyatnya rendah dengan tingkat buta aksara tinggi.
4. Sebagian rakyatnya bekerja disektor pertanian pangan secara tak produktif,sementara hanya sebagian kecil rakyatnya bekerja disektor industri.Produktifitas kerjanya rendah.
5. Kuantitas sumber-sumber alamnya sedikit serta kualitasnya rendah.Kalau mempunyai sumber-sumber alam yang memadai namun belum diolah atau belum dimanfaatkan.
6. Mesin-mesin produksi serta barang-barang kapital yang dimiliki dan digunakan hanya kecil atau sedikit jumlahnya.
7. Sebagian besar dari mereka merupakan negara-negara baru diproklamasikan kemerdekaannya dari penjajahan kira-kira satu atau dua dekade.
B.Transisi kependudukan
Yang mencerminkan kenaikan taraf hidup rakyat di suatu negara adalah besarnya tabungan dan akumulasi kapital dan laju pertumbuhan penduduknya. Laju pertumbuhan yang sangat cepat di banyak negara sedang berkembang nampaknya disebabkan oleh fase atau tahap transisi demografi yang dialaminya. Negara-negara sedang berkembang mengalami fase transisi demografi di mana angka kelahiran masih tinggi sementara angka kematian telah menurun. Kedua hal ini disebabkan karena kemajuan pelayanan kesehatan yang menurun angka kematian balita dan angka tahun harapan hidup. Ini terjadi pada fase kedua dan ketiga dalam proses kependudukan. Umumnya ada empat tahap dalam proses transisi, yaitu:
Tahap 1:
Masyarakat pra-industri, di mana angka kelahiran tinggi dan angka kematian tinggi menghasilkan laju pertambahan penduduk rendah;
Tahap 2:
Tahap pembangunan awal, di mana kemajuan dan pelayanan kesehatan yang lebih baik menghasilkan penurunan angka kelahiran tak terpengaruh karena jumlah penduduk naik.
Tahap 3:
Tahap pembangunan lanjut, di mana terjadi penurunan angka kematian balita, urbanisasi, dan kemajuan pendidikan mendorong banyak pasangan muda berumah tangga menginginkan jumlah anak lebih sedikit hingga menurunkan angka kelahiran. Pada tahap ini laju pertambahan penduduk mungkin masih tinggi tetapi sudah mulai menurun;
Tahap 4:
Kemantapan dan stabil, di mana pasangan-pasangan berumah tangga melaksanakan pembatasan kelahiran dan mereka cenderung bekerja di luar rumah. Banyaknya anak cenderung hanya 2 atau 3 saja hingga angka pertambahan neto penduduk sangat rendah atau bahkan mendekati nol.
C. Faktor penggerak pertumbuhan ekonomi dalam menanggulangi kemiskinan
Dua hal esensial harus dilakukan untuk mencapai pertumbuhan ekonomi adalah, pertama sumber-sumber yang harus digunakan secara lebih efisien. Ini berarti tak boleh ada sumber-sumber menganggur dan alokasi penggunaannya kurang efisien.Yang kedua, penawaran atau jumlah sumber-sumber atau elemen-elemen pertumbuhan tersebut haruslah diusahakan pertambahannya.Elemen-elemen yang memacu pertumbuhan ekonomi tersebut adalah sebagai berikut.
1. Sumber-sumber Alam
Elemen ini meliputi luasnya tanah, sumber mineral dan tambang, iklim, dan lain-lain. Beberapa negara sedang berkembang sangat miskin akan sumber-sumber alam, sedikitnya sumber-sumber alam yang dimiliki meruoakan kendala cukup serius. Dibandingkan dengan sedikitnya kuantitas serta rendahnya persediaan kapital dan sumber tenaga manusia maka kendala sumber alam lebih serius.
2 .Sumber-sumber Tenaga Kerja
Masalah di bidang sumber daya manusia yang dihadapi oleh negara-negara sedang berkambang pada umumnya adalah terlalu banyaknya jumlah penduduk, pendayagunaannya rendah, dan kualitas sumber-sumber daya tenaga kerja sangat rendah.
3. Kualitas Tenaga Kerja yang Rendah
Negara-negara sedang berkembang tak mampu mengadakan investasi yang memadai untuk menaikkan kualitas sumber daya manusia berupa pengeluaran untuk memelihara kesehatan masyarakat serta untuk pendidikan dan latihan kerja.
4 .Akumulasi Kapital
Untuk mengadakan akumulasi kapital diperlukan pengorbanan atau penyisihan konsumsi sekarang selama beberapa decade. Di negara sedang berkembang, tingkat pendapatan rendah pada tingkat batas hidup mengakibatkan usaha menyisihkan tabungan sukar dilakukan. Akumulasi kapital tidak hanya berupa truk, pabrik baja, plastik dan sebagainya; tetapi juga meliputi proyek-proyek infrastruktur yang merupakan prasyarat bagi industrialisasi dan pengembangan serta pemasaran produk-produk sektor pertanian. Akumulasi kapital sering kali dipandang sebagai elemen terpenting dalam pertumbuhan ekonomi. Usaha-usaha untuk mendorong laju pertumbuhan ekonomi dilakukan dengan memusatkan pada akumulasi kapital. Hal ini karena, pertama, hampir semua negara-negara berkembang mengalami kelangkaan barang-barang kapital berupa mesi-mesin dan peralatan produksi, bangunan pabrik, fasilitas umum dan lain-lain. Kedua, penambahan dan perbaikan kualitas barang-barang modal sangat penting karena keterbatasan tersedianya tanah yang bisa ditanami.
D. Peranan penting pemerintah dalam pertumbuhan ekonomi
1. Beberapa negara sedang berkembang mengalami ketidak stabilan sosial, politik, dan ekonomi. Ini merupakan sumber yang menghalangi pertumbuhan ekonomi. Adanya pemerintah yang kuat dan berwibawa menjamin terciptanya keamanan dan ketertiban hukum serta persatuan dan perdamaian di dalam negeri. Ini sangat diperlukan bagi terciptanya iklim bekerja dan berusaha yang merupakan motor pertumbuhan ekonomi.
2. Ketidakmampuan atau kelemahan setor swasta melaksanakan fungsi entreprenurial yang bersedia dan mampu mengadakan akumulasi kapital dan mengambil inisiatif mengadakan investasi yang diperlukan untuk memonitori proses pertumbuhan.
3. Pertumbuhan ekonomi merupakan hasil akumulasi kapital dan investasi yang dilakukan terutama oleh sektor swasta yang dapat menaikkan produktivitas perekonomian. Hal ini tidak dapat dicapai atau terwujud bila tidak didukung oleh adanya barang-barang dan pelayanan jasa sosial seperti sanitasi dan program pelayanan kesehatan dasr masyarakat, pendidikan, irigasi, penyediaan jalan dan jembatan serta fasilitas komunikasi, program-program latihan dan keterampilan, dan program lainnya yang memberikan manfaat kepada masyarakat.
4. Rendahnya tabungan-investasi masyarakat (sekor swasta) merupakan pusat atau faktor penyebab timbulnya dilema kemiskinan yang menghambat pertumbuhan ekonomi. Seperti telah diketahui hal ini karena rendahnya tingkat pendapatan dan karena adanya efek demonstrasi meniru tingkat konsumsi di negara-negara maju olah kelompok kaya yang sesungguhnya bias menabung.
5. Hambatan sosial utama dalam menaikkan taraf hidup masyarakat adalah jumlah penduduk yang sangat besar dan laju pertumbuhannya yang sangat cepat. Program pemerintahlah yang mampu secara intensif menurunkan laju pertambahan penduduk yang cepat lewat program keluarga berencana dan melaksanakan program-program pembangunan pertanian atau daerah pedesaan yang bisa mengerem atau memperlambat arus urbanisasi penduduk pedesaan menuju ke kota-kota besar dan mengakibatkan masalah-masalah social, politis, dan ekonomi.
6. Pemerintah dapat menciptakan semangat atau spirit untuk mendorong pencapaian pertumbuhan ekonomi yang cepat dan tidak hanya memerlukan pengembangan faktor penawaran saja, yang menaikkan kapasitas produksi masyarakat, yaitu sumber-sumber alam dan manusia, kapital, dan teknologi;tetapi juga faktor permintaan luar negeri. Tanpa kenaikkan potensi produksi tidak dapat direalisasikan.
E.Strategi pertumbuhan ekonomi
1.Industrialisasi Versus Pembangunan Pertanian
Pembangunan pertanian bersifat menggunakan teknologi padat tenaga kerja dan secara relatif menggunakan sedikit kapital; meskipun dalam investasi pada pembuatan jalan, saluran dan fasilitas pengairan, dan pengembangan teknologinya. Kenaikan produktivitas sektor pertanian memungkinkan perekonomian dengan menggunakan tenaga kerja lebih sedikit menghasilkan kuantitas output bahan makanan yang sama. Dengan demikian sebagian dari tenaga kerja dapat dipindahkan ke sektor industri tanpa menurunkan output sector pertanian. Di samping itu pembangunan atau kenaikkan produktivitas dan output total sektor pertanian akan menaikan pendapatan di sektor tersebut.
2.Strategi Impor Versus Promosi Ekspor
Stategi industrialisasi via substitusi impor pada dasarnya dilakukan dengan membangun industri yang menghasilkan barang-barang yang semula diimpor. Alternatif kebijakan lain adalah strategi industrialisasi via promosi ekspor. Kebijakan ini menekankan pada industrialisasi pada sektor-sektor atau kegiatan produksi da dalam negeri yang mempunyai keunggulan komparatif hingga dapat memproduksinya dengan biaya rendah dan bersaing dengan menjualnya di pasar internasional. Strategi ini secara relatif lebih sukar dilaksanakan karena menuntut kerja keras agar bisa bersaing di pasar internasional.
3.Perlunya Disertivikasi
Usaha mengadakan disertivikasi bagi negara-negara pengekspor utama minyak dan gas bumi merupakan upaya mempertahankan atau menstabilkan penerimaan devisanya.
VI. ASPEK HUBUNGAN EKONOMI INTERNASIONAL DALAM PERTUMBUHAN EKONOMI
A.Perluasan Perdagangan
Negara-negara maju telah berkembang merupakan sumber atau pensupplai barang-barang kapital. Di samping itu mereka juga merupakan pasar yang luas dan cukup besar yang membeli ekspor hasil-hasil pertanian, pertambangan, bahan mentah, ataupun barang-barang manufaktur oleh negara-negara sedang berkembang. Penurunan harga di pasar dunia akan bahan-bahan mentah produk pertanian ataupun hasil pertambangan akan sama seperti halnya turunnya harga minyak bumi ataupun harga tembaga di pasaran internasional.
B.Aliran Penanaman Modal (Investasi) Asing
Aliran kapital atau investasi asing dari luar negeri baik oleh sector pemerintah maupun swasta asing dapat merupakan suplemen atau pelengkap bagi usaha pemecahan lingkaran setan kemiskinan. Penanaman modal asing banyak bergerak di sektor eksplorasi sumber alam berupa pertambangan, kehutanan, perikanan, dan juga di sektor manufacturing. Swasta asing yang melakukan investasi umumnya merupakan perusahaan besar multinasional.
C.Bantuan Luar Negeri Berupa Hadiah dan Pinjaman
Bantuan asing bisa diberikan secara langsung atau melalui lembaga keuangan internasional. Contoh bantuan langsung berupa hadiah atau pinjaman yang diberikan oleh US-AID (United State Agency for International Development), suatu lembaga bantuan luar negeri pemerintah Amerika Serikat, atau dari badan-badan luar negeri yang serupa dari negara-negara maju telah berkembang lainnya.
TEORI INVESTASI DAN PERTUMBUHAN EKONOMI DALAM EKONOMI PANCASILA
I. Paul Samuelson yang oleh Robert H. Nelson penulis buku Economics as Religion (Penn State,2001) disebut sebagai seorang Nabi yang berhasil, dalam buku teks Introductory Economics menyederhanakan kehidupan ekonomi setiap masyarakat seperti gambar 1:
Pendapatan nasional menurut Nabi Samuelson naik dan turun karena perubahan investasi yang pada gilirannya tergantung pada perubahan teknologi, penurunan tingkat bunga, pertumbuhan penduduk, dan faktor-faktor dinamis lainnya.
Apa yang salah dalam "model" ini jika diterapkan dalam ekonomi Indonesia atau Perekonomian Pancasila?. Para calon ekonom tidak seorangpun berani bertanya kemungkinan melesetnya model tersebut. "Manusia di manapun bersifat rasional, homo ekonomikus; manusia/orang Amerika atau Indonesia sama saja". Walhasil tidak ada yang berani menolak kebenaran "fatwa" Nabi Samuelson.
Sebenarnya jauh sebelum buku edisi pertama Introductory Economics terbit tahun 1948 sudah ada ahli ekonomi Belanda bernama J.H. Boeke (1910) yang meragukan dapat diterapkannya teori-teori ekonomi barat di Indonesia karena sifat dualistis ekonomi Indonesia. Tetapi hanya segelintir pakar ekonomi Indonesia yang menganggap teori Boeke cukup berharga untuk ditanggapi bahkan ada yang menganggapnya sebagai teori ekonomi untuk melanggengkan penjajahan Belanda di Indonesia.
Kini setelah terjadinya krismon tahun 1997-1998, investasi yang "dipompakan" ke dalam ekonomi Indonesia anjlog, bahkan terjadi pelarian modal (capital flight) $ 10 milyar setiap tahun. Mengapa pertumbuhan ekonomi negatif hanya terjadi satu tahun saja (1998) dan sejak tahun 1999 sampai dengan tahun 2002 terjadi pertumbuhan ekonomi positif rata-rata 3,2 % per tahun?. Apakah "hukum ekonomi" yang mengatakan tidak ada pertumbuhan ekonomi tanpa investasi tidak berlaku lagi di Indonesia? Bagaimana dosen-dosen ilmu ekonomi menerangkan fenomena ini?. Ya, mereka masih dapat berkelit bahwa sesungguhnya sumber pertumbuhan ekonomi tidak hanya investasi tetapi juga konsumsi masyarakat, hanya saja konsumsi tidak mungkin berkelanjutan dan suatu saat tidak akan lagi mampu menyangga pertumbuhan ekonomi. Yang benar, dan dapat diperoleh data-data pendukung, adalah bahwa investasi tidak hanya dapat dilakukan oleh dunia usaha, tetapi dapat juga dilakukan oleh masyarakat/rumah tangga, yang sejauh ini, dalam ajaran Nabi Samuelson, masyarakat/rumah tangga hanya mampu berkonsumsi. Inilah kekeliruan fatal teori investasi Neoklasik ortodok yang sampai sekarang terus kita ajarkan pada mahasiswa ekonomi Indonesia, dan para petinggi negara kita tidak ada yang menyadari kekeliruan ajaran ini.
Yang seharusnya juga segera kita sadari adalah bahwa persamaan Y = C + I + G tidak lagi dapat dianggap benar karena C sebenarnya terdiri atas dua komponen yaitu komponen konsumsi riil dan komponen investasi. Pengeluaran masyarakat bisa berupa pengeluaran investasi, yang tidak harus melalui perbankan. Barang-barang yang biasanya dikelompokkan sebagai barang konsumsi seperti sepeda motor tidak semuanya termasuk barang konsumsi, seperti sepeda motor untuk armada ojeg untuk jasa angkutan di kota-kota atau di desa-desa.
II. Disamping kesalahan fatal teori ekonomi Neoklasik ortodok yang memisahkan secara tegas antara kegiatan bisnis dan kegiatan rumah tangga (household), kesalahan yang lebih mendasar lagi adalah anggapan bahwa manusia sepenuhnya bersifat homo-ekonomikus yang tidak (perlu) hidup bermasyarakat. Margaret Thatcher mantan perdana menteri Inggris pernah dengan kepercayaan diri luar biasa menyatakan " there is no such thing as society " (Ormerod 1994 : 12). Yang aneh fatwa-fatwa manusia sebagai homo-ekonomikus ini sering dianggap diajarkan oleh Adam Smith sendiri padahal dalam buku pertamanya (The Theory Of Moral Sentiments, 1759). Adam Smith dengan meyakinkan menyatakan manusia adalah homo-socius
The importance to Smith of the overall set of values in which the economy operates is generally ignored by his followers in the late twentieth century. His economics, based upon individual self-interest, is remembered, but his moral framework is not. (Ormerod 1994 : 14)
Demikian pakar-pakar ekonomi senior, yang belajar ilmu ekonomi di negara-negara Barat terutama di Amarika pada tahun-tahun enampuluhan dan tujuhpuluhan, harus merasa "berdosa" karena mengawali penyebarluasan ajaran yang bersumber pada filsafat moral yang tidak sesuai dengan sistem nilai dan budaya bangsa Indonesia. Pertama, ajaran Adam Smith hanya diambil separo saja yaitu bukunya yang kedua (Wealth of Nations, 1776), sedangkan buku keduanya The Theory of Moral Sentiments 1759) sama sekali dilupakan. Kedua, pengertian ekonomi positive yang di Amerika sudah tidak lagi dipisahkan dengan ekonomi normatif, kita di Indonesia masih bersikukuh mempertahankannya, dan mereka yang berpandangan demikian menolak ajaran ekonomi Pancasila karena dianggap merupakan ajaran yang normatif. Yang benar, ajaran ekonomi positive yang termuat dalam buku-buku teks ekonomi Barat merupakan ajaran positive di negara-negara Barat terutama Amerika, tetapi harus dianggap normatif bagi masyarakat Indonesia. Ketiga , dosen-dosen ilmu ekonomi kita harus rajin mengajarkan teori-teori ekonomi tidak semata-mata secara deduktif dari buku-buku teks, tetapi harus bersama-sama mahasiswanya mengadakan penelitian-penelitian induktif-empirik sekaligus dengan mempelajari sungguh-sungguh sejarah (pemikiran) ekonomi dan sejarah perekonomian. Dosen ekonomi harus mengadakan penelitian, dan menggunakan hasil-hasil penelitiannya untuk memperkaya bahan-bahan kuliahnya. Kuliah harus kontekstual bukan hanya tekstual. Hanya dengan cara demikian kurikulum berbasis kompetensi dapat dilaksanakan dengan baik. Inilah kelebihan metode pendidikan yang bersifat problem posing, bukan hanya bersifat banking education. (Freire dalam Ekins & Max-Neef 1992:15-16).
Saya yakin pakar-pakar ekonomi dengan gelar Doktor atau Ph.D dari Barat memahami betul 4 kalimat awal bab III buku Alfred Marshall, Principles of Economics (1890) berikut:
It is the business of economics as almost every other science to collect facts, to arrange and interprete them, and to draw inferences from them.
"Observation and discription are preparatory activities. But what we desire to reach thereby is a knowledge of the interdependence of economic phenomena …. Induction and deduction are both needed for scientific thought as the right and left foot are both needed for walking" (Marshall 1890: 29).
Jika UGM bertekad menuju Universitas Penelitian, dosen-dosennya harus melakukan penelitian, mungkin dengan cara separo gajinya dibayarkan untuk tugas mengajar dan separo gaji yang lain hanya dibayarkan apabila ia benar-benar melakukan penelitian.
III. Kekeliruan lain yang sangat umum dari ekonom Indonesia adalah pemujaan yang berlebihan pada konsep pertumbuhan ekonomi yang dianggap mampu menggambarkan kondisi apapun dari perekonomian masyarakat bahkan juga kondisi kesejahteraan masyarakat. Misalnya kontraksi ekonomi –13,4% tahun 1998 yang memang belum pernah dialami dalam sejarah ekonomi Indonesia sepanjang masa, dianggap "bencana paling dahsyat dalam sejarah peradaban manusia modern". Sejumlah ekonom masih belum merasa cukup menggambarkan beratnya kontraksi ekonomi –13,4% dengan menambahkan angka 7% pertumbuhan ekonomi setahun sebelumnya (1997), sehingga kontraksi ekonomi total adalah +7% dan -13,4% menjadi –20,4%.
Pemujaan yang berlebihan terhadap angka pertumbuhan ekonomi menyebabkan ekonom dengan mudah melupakan besaran atau nilai PDB atau PNB nya sendiri, padahal jika PDB Indonesia telah tumbuh rata-rata 7% pertahun selama 30 tahun (1966-1996) atau selama 27 tahun (1966-96), bukankah pertumbuhan PDB akumulatif ini telah menjadi 210% (30 tahun) atau 189% (27 tahun)?
Mengapa kontraksi ekonomi –13,4% dikurangkan dari titik 0 dan tidak dari pertumbuhan ekonomi akumulatif 189%, sehingga sebenarnya Indonesia setelah berhasil membangun selama 27 tahun masih memiliki surplus pertumbuhan 175%. Kekeliruan inilah yang dengan tepat diingatkan Amartya Sen peraih Nobel Ekonomi 1998
It may be wondered why should it be so disastrous to have say a 5 or 6 percent fall in gross national product in one year when the country in question has been growing at 5 or 10 percent per year for decades. Indeed at the agregate level this is not quintessentially a disastrous situation (Sen 200 : 187)
Angka pertumbuhan ekonomi 7% dianggap sebagai angka keramat yang harus dapat diraih kembali secepat mungkin kalau Indonesia berharap dapat mengatasi pengangguran yang "dahsyat" dan menciptakan kesempatan kerja bagi tenaga kerja yang terus-menerus memasuki lapangan kerja, sedangkan angka 3 – 4 persen dianggap sangat tidak memadai. Mengapa ekonom sangat gemar memperdebatkan angka-angka pertumbuhan ekonomi sehingga mengurangi peluang membahas masalah-masalah ekonomi riil yang dihadapi masyarakat? Inilah masalah besar yang mengundang keluhan kadang-kadang bahkan kemarahan pakar-pakar ilmu sosial di luar ekonomi. Rupanya pakar-pakar ekonomi merasa kurang terhormat atau prestisenya menurun jika tidak berbicara tentang pertumbuhan ekonomi, investasi, pengangguran, atau inflasi. Yang benar, ilmu ekonomi adalah ilmu sosial dan harus tetap merupakan ilmu sosial yang tidak harus selalu berbicara dengan angka yang eksak dengan menggunakan matematika. Indonesia dewasa ini sangat membutuhkan bantuan analisis ilmu ekonomi kelembagaan yang mempertimbangkan faktor-faktor budaya dalam ekonomi. Disinilah jelas diperlukan kesediaan (dan keberanian) ekonom bekerjasama dengan sosiologi, antropologi, dan etika. Ekonomi Pancasila adalah ekonomika etik yang pernah sangat didambakan oleh Ace Partadiredja tahun 1981, namun tetap sulit diterima ekonom sa mpai 22 tahun kemudian.
IV. Jika krisis moneter dan krisis perbankan kini telah memasuki tahun ke-6 tanpa ada tanda-tanda dapat segera diatasi, maka yang paling utama untuk diminta pertanggung-jawabannya adalah ekonom. Mengapa? Adalah teknokrat ekonomi yang telah berjasa mentranformasikan ekonomi Indonesia dari kondisi negara miskin menjadi negara berpendapatan menengah dalam periode 3 dekade. Maka jika kini kondisi moneter dan perbankan Indonesia kocar-kacir tidak patutkah kita menuntut ekonom untuk kembali memimpin barisan untuk mengatasinya?. Pertanyaan yang logis dan sederhana ini ternyata sulit dijawab para ekonom karena paham atau ideologi ekonom memang sangat sempit yaitu ajaran Neoklasik ortodok yang sudah ketinggalan jaman dan sangat tumpul, tidak mampu mengatasi krisis yang bersifat multidimensi padahal perekonomian Indonesia yang dualistik makin berinvolusi. Maka teori demi teori konvensional tak satupun yang mampu menghasilkan rekomendasi kebijakan yang mujarab. Misalnya pembentukan BPPN untuk menyelamatkan sektor perbankan secara teoritis sudah berpeluang mencapai tujuannya karena jangka waktu kerjanya hampir habis (2004), sehingga harus bubar, tetapi tak satupun bank besar swasta yang dirawatnya menjadi sehat kembali, padahal nilai obligasi rekapitalisasi yang Rp 650 trilyun benar-benar sangat berat membebani rakyat melalui APBN. Memang banyak pendapat bahwa KKN (Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme) adalah penyebab utama kegagalan program kerja BPPN. Tetapi kami berpendapat bahwa sejak awal teori ekonomi yang dipakai memang keliru, yaitu menganggap perbankan sebagai "urat nadi perekonomian" yang harus diselamatkan dan disehatkan dengan biaya erapapun, meskipun dengan subsidi amat besar berupa bunga rekapitalisasi perbankan. Bukankah cukup aneh memberi subsidi pada satu sektor ekonomi yang notabene termasuk sektor kuat, ketika kepada sektor lain yang masih lemah seperti sektor ekonomi rakyat ada program besar untuk menghapus subsidi.
Berbagai ketidakadilan memang terungkap dalam sistem ekonomi kapitalis yang kita terapkan sejak era Orde Baru yang sifat pembangunannya lebih mementingkan efisiensi dan pertumbuhan ketimbang keadilan dan pemerataan. Dan akumulasi ketidakadilan itulah yang pada puncaknya telah meledakkan bom waktu "krisis moneter" Juli 1997 yang dampak ikutannya masih berlangsung sampai sekarang. Cara-cara pemecahan krismon melalui pengucuran BLBI (1998) dan rekapitalisasi perbankan (1999) ternyata semakin memperdalam ketimpangan dan ketidakadilan, karena, sekali lagi, telah dipakai asumsi dan teori yang keliru atau bias pada sistem ekonomi kapitalisme. Jelas di sini bahwa sumber pokok kekeliruan adalah pertama, pada tidak diakuinya sifat ekonomi kita yang masih dualistik yang menolak adanya (sektor) ekonomi rakyat yang berperan besar dalam perekonomian Indonesia. Kedua, pemberian kebebasan yang terlalu besar pada mekanisme pasar yang berakibat terjadinya persaingan bebas liberal (free fight liberalism) yang selalu menguntungkan pihak yang kuat dan merugikan pihak yang lemah yaitu ekonomi rakyat.
Demikian ketidakberpihakan pemerintah pada kepentingan ekonomi rakyat, dan sebaliknya keberpihakan pemerintah pada kepentingan ekonomi sektor kapitalis berakibat fatal pada semakin terjepitnya ekonomi rakyat, tidak saja petani yang harga gabahnya anjlog di bawah harga dasar, tetapi juga bagi industri kecil dan perdagangan kecil yang semuanya didominasi sektor ekonomi kapitalis. Inilah kecenderungan (trend) yang harus segera kita balikkan. Pemerintah harus berpihak dan peduli pada ekonomi rakyat dan selanjutnya memberdayakannya. Ekonomi rakyat tidak mengharapkan subsidi tetapi sekedar perlindungan yang wajar dari persaingan tidak sehat dari kelompok ekonomi kapitalis
V. PUSTEP UGM mempunyai misi besar mengadakan kajian-kajian induktif-empirik dan deduktif logis tentang ekonomi Indonesia yang selanjutnya dapat dipakai sebagai bahan mengkaji ulang kurikulum ilmu ekonomi di perguruan-perguruan tinggi maupun di sekolah-sekolah lanjutan. Kajian-kajian induktif-empirik ini belum pernah dilakukan karena kita tidak pernah mempertanyakan validitas teori-teori ekonomi yang termuat dalam buku-buku teks ilmu ekonomi dari Barat. Krismon 1997-1998 harus dianggap mengandung hikmah keharusan para ekonom untuk mengadakan tinjauan-tinjauan kritis atas teori-teori ekonomi yang sudah mapan tersebut yang kini bertendensi sudah diterima dan diajarkan laksana ajaran agama.
Kita harus menolak seakan-akan Paul samuelson adalah benar-benar nabi yang menyebarkan fatwa-fatwa yang tidak bisa dibantah kebenarannya. Agama Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Budha, dan Khong Hu Cu sudah cukup. Janganlah ilmu ekonomi dianggap agama ke-7 di Indonesia.
1 April 2003
*) Disampaikan pada Seminar Bulanan III PUSTEP-UGM, Yogyakarta 1 April 2003.
0 Responses to “TEORI PERTUMBUHAN EKONOMI”
Posting Komentar